Chapter Bab 35
Bab 35 Kebahagian untuknya
Selagi Vivin mencoba mengingat kejadian di malam saat Finno tiba-tiba berdiri, dia jadi tersipu malu. Akan tetapi, Vivin berkata
sembari tersenyum, “sebagai pasangan sudah seharusnya saling percaya”.
Mata Hanung berbinar saat dia menatap Vivin. Dia bertanya, “Vivin apakah Finno pernah memberitahumu alasan kenapa dia
berpura-pura lumpuh?
Terkejut, Vivin menggelengkan kepalanya. Finno mengatakan kalau akan lebih baik jika dia tidak mengetahuinya secara detail
tentang hal itu. Oleh karenanya Vivin tidak pernah memaksa Finno untuk menceritakannya.
“Sepuluh tahun yang lalu, mobil Finno mengalami kecelakaan. ” disamping itu, Hanung justru tidak merasa keberatan dan
langsung memberitahu Vivin semuanya. “Semua orang mengira Finno lumpuh diakibatkan oleh kecelakaan itu. Padahal dia
hanya terluka dan kembali sembuh total setelah pergi ke Amerika.”
Vivin mencoba mengingat kembali. Dia sepertinya pernah membaca berita tentang kecelakaan. mobil itu sebelumnya.
Pada saat itu usianya baru 20 Tahun, Finno baru saja masuk kuliah. Akan tetapi,dia diculik oleh orang tidak dikenal dan orang
tersebut meminta uang tebusan yang sangat besar. Hal ini menycBabkan kegemparan lalu membuat heboh seluruh berita
nasional untuk waktu yang cukup
lama.
Menurut berita yang tersiar, setelah para penculik itu menerima uang tebusan, mereka ingin pergi dengan anak kedua keluarga
Normando sebagai sandera mereka. Tanpa diduga, mobil mereka mengalamin kecelakaan di tengah jalan. Para penculik itu
tewas ditempat, sementara. anak keluarga Normando mengalami luka parah.
Bagaimanapun, sebagian besar mengenai detailnya dirahasikan dari publik, tidak ada yang mengetahui jika kakinya terluka.
Mereka hanya tahu bahwa dia terbang ke Amerika untuk menjalanin perawatan medis dan dia menjadi lumpuh setelah kejadian
itu.
“Aku hanya mendengar beritanya secara samar-samar,” gumam Vivin. “Jadi, selepas keadanya. membaik setelah dari America,
dia masih berpura-pura lumpuh?
“Ya.” Hanung memiringkan kepalanya kesamping. “tapi apa kamu bisa menebak kenapa dia melakukannya?
Vivin semakin penasaran.
Hanung benar-benar berbeda dari Finno. Dengan kepribadiannya yang menyenangkan, dia pasti sangat terkenal dikalangan
para wanita, kan?
“Aku harus menebak?” Vivin berpura-pura merenung, “apakah Finno tidak mendapatkan perhatian dari keluarganya?
1/2
Sebenarnya, Vivin juga bertanya-tanya kenapa Finno harus sampai berpura-pura lumpuh. Karena sekarang, Vivin sudah
memiliki asumsi sendiri.
Bagaimana juga, dia bekerja di dunia jurnalisme. Meskipun dia tidak begitu tahu banyak tentang keluarga clit ini, dia juga tidak
sepenuhnya tidak mengetahui apa-apa. Vivin bisa menebak jika keluarga Normando memilik andil besar dalam usaha keras
Finno untuk memalsukan
kondisinya.
Vivin belum pernah bertemu dengan Marthin, kakak laki-laki Finno dan Ayah Fabian sebelumnya. Namun, beredar rumor jika
Marthin adalah pria yang sangat ambisiusn dan kejam. Seiring dengan bertambahnya umur tetua Normando, maka Marthinlah
yang menjalankan bisnis keluar Normando.
Di sisi lain, Finno malah mengambil jalan yang sama sekali berbeda dan itu tidak ada hubungannya dengan keluarga Normando.
Finno memulai bisnisnya sendiri untuk menghindari konflik dengan kakak laki-lakinya.
Karenannya, Vivin menjadi penasaran, apakah Finno berpura-pura lumpuh karena dia khawatir kepada Marthin.
Ini hanya tebakan serampangan. Namun setelah mendengarkan penjelasannya, muncul sedikit kekaguman di mata Hanung
saat dia menatap Vivin. “Tidak buruk, Vi. Ternyata kamu cukup pintar.”
Vivin terkekeh malu. “Kurasa aku terlalu banyak menonton sinetron.”
Hanung menahan tawa. “Kalau bisa dibilang bisnis keluarga Normando sangat besar. Jadi akan ada drama keluarha, dan itu
mungkin bisa jadi serumit sinetron-sinetron yang ada. Bagaimanapun, sekalipun Finno adalah orang yang sukses sekarang, dia
telah menjalani kehidupan yang sulit.”
Vivin tertegun sejenak sebelum dia kembali sadar dan mengangguk pelan.
Selam sepuluh tahun, dia harus duduk di kursi roda meskipun dia sebenarnya baik-baik saja. Finno bahkan harus waspada
terhadap keluarganya sendiri. Itu pasti sangat sulit untuknya.
“Jadi,” lanjut Hanung. Kali ini, senyumnya memudar dan ekspresinya berubah serius. “Vivin. kamu harus membuatnya bahagia.”
Tertegun. Vivin tidak menyangka jika Hanung tiba-tiba mengatakan hal itu.
Membuatnya bahagia?Tapi kebahagian seperti apa yang bisa kuberikan?
Sebelum Vivin bisa menjawab, dia tiba-tiba saja mendengar suara langkah kaki mendekat ke arah mereka. Terdengar suara
yang dingin berkata “Apa yang kalian bicarakan?”